Selasa, 12 Februari 2019

PERTUKARAN PELAJAR STIKES BORROMEUS



“STUDENT EXCHANGE PROGRAM”
STIKES SANTO BORROMEUS TO BOROMARAJONANI COLLEGE OF NURSING (BCN) SURAT THANI, THAILAND”


Para pemimpi ditakdirkan untuk meraih mimpi. Tidak ada mimpi yang tidak bisa diraih. Yang ada hanyalah orang-orang yang tidak mewujudkannya dan tidak berusaha untuk meraihnya. Hanya orang yang berani bermimpi, berani gagal, berani melangkah dan memulai, dialah pemenang sejati”.

Menurut Cambridge Dictionary, opportunity; an occasion or situation that makes it possible to do something that you want to do or have to do or the possibility of doing something (https://dictionary.cambridge.org/)

Opportunity yang saya dapatkan adalah ketika mengikuti “student exchange program” yang diadakan oleh STIKes Santo Borromeus. Hal ini merupakan bentuk atau aksi nyata yang dilakukan oleh STIKes Santo Borromeus sesuai dengan Visi yaitu “menjadi institusi pendidikan tinggi kesehatan bermutu yang menghasilkan insan berwawasan global dan berbelarasa demi keluhuran martabat manusia serta keutuhan alam ciptaan” serta sesuai dengan Misi yaitu “membina dan mengembangkan jejaring kemitraan baik di dalam maupun luar negeri”.

Kerjasama internasional ini memberikan semangat positif kepada saya dan civitas akademika lainnya. Saya sangat berterimakasih karena telah diberi kesempatan untuk mengikuti program ini. Ini adalah dream, opportunity and effort yang tidak akan pernah terjadi lagi. Student Exchange Program antara STIKes Santo Borromeus dan BCN Surat Thani, Thailand adalah kelanjutan dari penelitian bersama antara dosen dari kedua institusi pada tahun 2014 silam.

STIKes Santo Borromeus memberikan banyak kesempatan kepada civitas akademika untuk mengembangkan potensi yang ada, seperti kegiatan olahraga (basket, voli, futsal), kegiatan seni (modern dance, tari saman, angklung, seni peran, tamborin), kegiatan sosial (aksi donor darah, aksi tensi), kegiatan organisasi (KEMA, BEM, Manajemen Diri), serta bekerjasama dengan  institusi lainnya dalam skala internasional yaitu student exchange program ini.

Student exchange program menjadi salah satu program unggulan. Ketika saya kuliah, ada dua program pertukaran mahasiswa ini yaitu ke Boromarajonani College of Nursing, Surat Thani, Thailand dan Hiroshima University, Jepang.

Student Exchange Program to Thailand yang saya ikuti pada Batch I berjumlah 8 orang delagasi mahasiswa, 2 dosen dan 1 staff kependidikan. Pada kunjungan Batch I ini, kami lebih ke arah culture exchange program dan community health nursing. Kami mengunjungi health promotion center dan general hospital yang ada di Surat Thani, Thailand.

saya mengikuti seleksi ini antara excited, nervous, join or not. Saya sempat merasa insecure karena saingan akan berat, sulit, dan banyak hal lainnya yang membuat saya ragu. Tapi saya meyakinkan diri bahwa jika saya ingin meraih mimpi saya, maka saya harus berusaha untuk menggapainya.

Saya ingin sekali membuat impian ecek-ecek saya ketika SD untuk pergi abroad. SMP, SMA dan kuliah saya tekatkan untuk meraih mimpi itu. Saya akhirnya memulai seleksi tahap pertama. Seleksi pada tahap ini adalah membuat paper or essay about culture. Dalam benak saya, jika saya membuat paper tentang angklung, batik, reok ponerogo, tenun, traditional food akan sama dengan yang lainnya. Kebetulan ada teman dari kalimantan juga yang mengikuti seleksi dan mengangkat tema tentang gawai dayak.

Akhirnya saya memutuskan mengangkat tema tentang pesta tiwah, salah satu budaya dari Kalimantan Tengah. Kebetulan ayah saya orang Kalimantan Tengah dan beberapa tahun sebelumnya pulang ke Kalimantan Tengah untuk mengikuti pesta tiwah tersebut. Ada kendala yang saya alami, yaitu bagaimana saya bisa mengetahui pesta tiwah sementara saya belum pernah mengikuti. Akhirnya saya gooling dan menanyakan kepada ayah saya di Kalimantan Barat istilah yang digunakan dalam bahasa Kalimantan Tengah yang saya tidak mengerti.

Pun begitu juga, ayah saya kurang memahaminya dan menanyakan kepada tambi (dalam bahasa Kalimantan Tengah, tambi adalah nenek). Jadi teman-teman, saya menelpon ayah saya, dan mama saya menelpon tambi. So, bisa kalian bayangkan saya bertanya kepada tambi via telpon yang berbeda. Dan sebagai penerjemahnya adalah ayah saya. That’s so funny, by the way.

Saya menulis sebisa yang saya pahami, membuat paper dan membuat ppt. Saya belajar semaksimal mungkin, memahami dan menghapal isi dari ppt yang akan saya tampilkan. Belajar berulang-ulang kali. Malam sebelum presentasi pertama, saya pergi ke teman saya untuk melihat saya presentasi. Apa saja yang kurang dan harus saya perbaiki.

Alhamdulilah, berkat effort and pray saya bisa melewati tahap pertama ini dengan baik. Just for your information, pada seleksi ini semuanya harus menggunakan bahasa inggris, baik itu paper atau presentasi, no excuse.

Pada tahap ini, saya mengeluarkan seluruh kemampuan yang saya miliki agar mendapatkan hasil yang baik. Saya tahu bahwa grammer dan vocabulary masih jauh dibawah rata-rata. Tapi saya meyakini bahwa apa yang disampaikan bisa dipahami dan diterima dengan jelas.

Kalau ditanya nervous, sudah pasti. Saya presentasi pakai Bahasa saja nervous nya luar biasa apalagi menggunakan bahasa inggris. Saya mengatakan pada diri saya bahwa saya bisa dan pasti bisa.

Presentasi dilakukan diruangan, dihadiri oleh peserta dan dewan juri. Waktu itu dewan juri nya adalah Sr. Sofia Gusnia Saragih, CB.,BSN.,M.Kep selaku direktu STIKes Santo Borromeus. Mrs. Cindiana Cecilia.,SS selaku Puket III bidang kemahasiswaan dan staff dosen bahasa inggris. Mrs. Tina Shinta Parulian.,M.Kep.Ns.Sp.Kep.An serta Ms. Ns. Yosi Maria Wijaya.,S.Kep.,M.SI. Pada tahap ini, kami diberikan beberapa pertanyaan oleh dewan juri dan juga peserta lainnya.

Saya tidak begitu memahami apa yang dinilai pada aspek ini karena saya merasa bahwa semua peserta itu sudah memberikan yang terbaik. Mungkin, disini yang dinilai adalah public speaking, self-nature, confident, serta informasi yang diberikan apakah sampai kepada audien atau tidak.

Beberapa hari setelah seleksi tahap pertama, maka para peserta diminta untuk berkumpul dikampus diruang yang sama bahwa akan diumumkan nama yang lulus. Dan puji Tuhan, saya lulus dan masuk dalam daftar 16 peserta itu.

Bisa dikatakan bahwa ini adalah berita bahagia sekaligus berita unlucky. Karena ke 15 orang tersebut adalah yang luar biasa. For your information, again. 15 orang tersebut adalah aktif dalam organisasi, baik BEM maupun BPM, public speaking nya sudah tidak diragukan lagi, bahasa inggris sudah fluent. Kalau dilihat dari akademik, saya adalah paling bawah. Kala itu IPK saya sangat-sangat rendah. Bagai nasi sudah menjadi bubur, mau tidak mau saya harus berjuang lebih keras lagi.

Pada tahap kedua, ke 16 orang mendapat tugas untuk membuat paper lagi. Topik yang dibahas adalah mengenai kebudayaan yang ada di kampus dalam lingkup general. Saya ingat sekali kala itu, saya dan teman saya pergi menghadap sekretaris kampus untuk meminta data mengenai sejarah panjang kampus sampai sekarang, CC5E, sampai lambang kampus.

Kami membuatnya dalam bahasa masing-masing. Saya membuat dalam bentuk paper dan ppt. Disini saya menambahkan tujuan dan cita-cita saya. Sebenarnya cita-cita itu tidak masuk dalam paper. Saya hanya berinisiatif untuk menambahkannya pada paper tersebut. Lalu saya print, biar saya bisa baca.

Kami dibagi menjadi 3 grup. 1 grup berisikan 5-6 orang. Saya beruntung karena termasuk dalam kelompok terakhir. Dalam hati saya berkata bahwa ini akan lebih susah lagi karena pesertanya fluent dan confident. Saya hanya bisa tarik napas dalam dan sempat contact sahabat saya di Kalimantan Barat, gimana cara jawab pertanyaan yang seperti ini seperti itu dan bla bla bla.

Waktunya tiba, saya dan keenam peserta lainnya masuk untuk melakukan interview. Hanya perasaan saya saja atau tidak, udara dalam ruangan itu sangat dingin. Bersatu padu dengan kegugupan yang melanda kala itu.

Pertanyaan dari ke 3 dewan juri: Sr. Sofia Gusnia Saragih, CB.,BSN.,M.Kep, Mrs. Cindiana Cecilia.,SS dan Ms. Ns. Yosi Maria Wijaya.,S.Kep.,M.SI. Untungnya dewan juri memberikan suasana yang menyenangkan tidak menegangkan. Dan pertanyaan dimulai. Kami harus menjawab semua pertanyaan secara bergiliran dengan menggunakan bahasa inggris.

Seingat saya kala itu pertanyaannya adalah apa yang kalian ketahui mengenai kebudayaan yang ada di STIKes Santo Borromeus?, jika kalian terpilih ataupun tidak terpilih, kontribusi apa yang akan kalian berikan kepada STIKes Santo Borromeus?, Apa yang akan kalian bawa kesana, dan apa yang akan kalian bawa kembali kesini? Sudah sampai sejauh manakah persiapan kalian dalam menghadapi student exchange program ini?, pertanyaan yang saya tunggu-tunggu adalah apa motivasi kamu untuk mengikuti student exchange program? (disini saja berusaha menjadi yang pertama menjawab karena saya sangat ready dengan jawabannya. Ada 4-5 motivasi saya yang saya jabarkan dalam ppt yang di printout, tentunya sudah diberikan kepada pihak dewan juri. Last question are jika kamu tersesat disana, kamu tidak tahu situasi disana bagaimana, tempatnya dimana, tidak bisa berbahasa sana, apa yang akan kamu lakukan?

Saya sudah memberikan yang terbaik. Apapun hasilnya saya akan terima dengan lapang dada. Saya merasa hopeless. Ketika pengumuman, saya tidak datang ke kampus. Karena saya yakin, bahwa saya tidak lulus. Ketika itu teman-teman bertanya saya dimana. Saya jawab lagi di Jakarta. Padahal saya ada di kosan. Tapi ada SMS masuk dari teman saya dan bilang bahwa saya ‘LULUS” seleksi student exchange program to Thailand.

Perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Senang, sedih, gembira sampai kosan waktu itu saya meneteskan air mata (cengeng yaa, tapi itu expresi saya).

Saya memberitahu orangtua saya yang kala itu sedang dalam perjalanan dari Kalimantan Barat menuju Kalimantan Tengah. Mereka sangat gembira mendengar informasi yang saya sampaikan. Saya sangat bersyukur mendapatkan kesempatan ini.

NOK AIR THAILAND

Ada 8 orang peserta yang lulus untuk pergi ke Thailand. dan 1 orang peserta lulus untuk pergi ke Jepang. Dan mereka adalah :
Ade Kurnia.,Amd.Kep (Bandung – Thailand)
Giska Febianka.,Amd.RMIK (Bandung – Thailand)
Ns. Andi Supriyanto.,S.Kep (Jakarta – Thailand)
Ns. Fransiska Septiani.,S.Kep (Bandung – Thailand)
Ns. Maria Theresia.,S.Kep (Bandung – Thailand)
Ns. R. Rexsi Chrisdinatha Putera.,S.Kep (Kalimantan Barat – Thailand)
Ns. Maya Agustina.,S.Kep (Bandung – Jepang)
Ns. Grace Hodesyla Hariandja.,S.Kep (Jakarta – Thailand)
Ns. Niscaya Zebua.,S.Kep (Nias – Thailand)




Dream come true!
Kami coaching setiap hari kamis atau jumat pagi sebelum perkuliahan di mulai. kami mulai belajar dance untuk perform diacara farewell dinner party. Beruntungnya kami memiliki seorang penari balet profesional (Giska). Kami memang bukan penari tapi kami berlatih memberikan yang terbaik untuk Indonesia!


Peacock dance

Mengikuti student exchange program, membuka wawasan, pikiran dan harapan baru bagi saya. Bertemu dengan orang-orang hebat, berkenalan dengan teman baru, belajar kebudayaan setempat, belajar tentang sistem pendidikan dan mengambil ilmu yang ada disana untuk diaplikasikan di Indonesia.

Saya akan memberikan gambaran mengenai Boromarajonani College of Nursing, Surat Thani, Thailand. Terdapat 3 atau 4 gedung, dengan gedung tertinggi 11 lantai. Mahasiswa perempuan wajib tinggal diasrama selama kuliah. Asramanya kurang lebih seperti di Indonesia. Untuk laki-laki karena minoritas diperbolehkan tidak tinggal di asrama alias ngekos.


Pictures: area olahraga bagi students Boromarajonani College of Nursing, Suratthani, Thailand. Seperti tempat fitnes J
Tambon Makham Tia, Amphoe Mueang Surat Thani, Chang Wat Surat Thani 84000, Thailand

Di Thailand, mereka sangat wellcome dengan kehadiran kami. Catatan pentingnya adalah bahasa inggris mereka sama dengan kita kok. Jadi jangan takut untuk berbicara bahasa inggris disini. Kalau tidak paham tinggal ketawa saja biar sama-sama paham.
Oh iya, disini ada jam tertentu akan ada lagu kebangsaan Thailand berkumandang. Setiap lagu itu diputar maka orang harus bersikap hormat. Awalnya kami bingung, tapi menurut saya itu bagus untuk diterapkan di Indonesia. Salah satu sikap positif yang bisa kita ambil.

Untuk makanan, wah disini juaranya. Yang suka pork kalian bisa makan sepuasnya. Pagi siang malam, makan pork. Waktu itu kami berkunjung ke night market nya Surat Thani. Yang saya cari pasti nya pork. Sate pork, sosis pork dan ada salah satu makanan khas Thailand saya lupa namanya. Itu enak tapi ketika masuk mulut seperti meletus di dalam mulut. Hahaha maaf ya saya agak sepok disini.

Kami mengunjungi  traditional hospital, kalau di Indonesia kita sebut jamu begitu. Namanya adalah Tha Chang Hospital. Disini mereka meracik obat-obat tradisional yang sudah diakui oleh pemerintah Thailand. Saya sempat membeli ramuan tradisional Thailand untuk rematik. Kebetulan orangtua saya rematik. Dan 1 ramuan katanya bisa menghentikan yang merokok. Harganya juga bersahabat.

Pictures: orangnya lupa foto, jadi Cuma punya yang ini aja. Gpp kan teman-teman.
Pho Prachak, Tha Chang District, Sing Buri 16140, Thailand

Kemudian kami juga mengunjungi general hospsital Surat Thani. Kondisinya hampir sama dengan general hospital yang ada di Indonesia. Tapi sempat kaget juga melihat kondisinya yang crowdid. Mungkin karena statusnya rumah sakit umum jadi menjadi pusat rujukan dari puskesmas yang ada disekitaran Surat Thani, Thailand.


Pictures: Surat Thani, Hospital

Kami berkunjung ke Health Promotion Center. Disini mereka melakukan kombinasi antara medis dan tradisional. Cukup menarik, karena kalau di Indonesia yang namanya health promotion center itu sudah pasti yang digunakan adalah medis bukan tradisional. Health promotion center disini sangat menekankan tentang upaya pencegahan dan pengobatan awal pada pasien.





Pictures: Health Promotion Center, Suratthani, Thailand

Setelah itu kami pergi ke Suan Sala Artit (bahasa Indonesia nya mungkin : perkebunan salak). Kalau saya pribadi menyebutnya bukan buah salak, karena di Kalimantan Barat kami menamakannya buah Ridan. Sejenis salak tapi bukan salak. Dari teksur buahnya yang berbeda. Sangat menikmati dan membuat perut kenyang. Asam lambung sempat meningkat.

Oh ya, sekedar informasi saja. Disini jalanan sangat luas dan sudah aspal walaupun itu di daerah perkebunan kelapa sawit. Sangat berbeda dengan yang ada di Indonesia.

Lalu kami mengunjungi St. Raphael Cathedral, Surat Thani. Kebetulan waktu itu ada teman kami yang beragama muslim ingin melakukan sholat jumat di masjid. Jadi kami yang beragama non muslim pergi mengunjungi gereja yang ada di Suratthani.

Pictures: St. Raphael Cathedral, Surat Thani, Thailand
333 Talad Mai Rd. Tambon Talat, Amphoe Mueang Surat Thani, Chang Wat Surat Thani 84000, Thailand

Harapan saya adalah melalui student exchange program ini, kedua negara dapat menjalin hubungan kerja sama dalam bidang pendidikan dan kesehatan, saling besinergi untuk membangun kualitas kesehatan yang lebih baik. Karena menurut saya banyak sekali kerjasama di bidang kesehatan yang bisa dilakukan. Bisa menjadi role model bagi kedua institusi dan mengembangkan di daerah nya masing-masing.

Demikianlah pengalaman saya selama mengikuti student exchange program to Thailand. sangat berterima kasih atas kesempatan ini, dan menjadi motivasi untuk meraih mimpi yang berikutnya.

It would never too late to start over something, if you feel like a failure yesterday; try to do something different today. Do not give up, do your best”.





Ns. R. Rexsi Chrisdinatha Putera.,S.Kep

https://stikesborromeus.ac.id/