“STUDENT EXCHANGE PROGRAM”
STIKES SANTO BORROMEUS TO
BOROMARAJONANI COLLEGE OF NURSING (BCN) SURAT THANI, THAILAND”
“Para pemimpi ditakdirkan untuk meraih mimpi.
Tidak ada mimpi yang tidak bisa diraih. Yang ada hanyalah orang-orang yang
tidak mewujudkannya dan tidak berusaha untuk meraihnya. Hanya orang yang berani
bermimpi, berani gagal, berani melangkah dan memulai, dialah pemenang sejati”.
Menurut
Cambridge Dictionary, opportunity; an occasion or situation that makes it
possible to do something that you want to do or have to do or the possibility
of doing something (https://dictionary.cambridge.org/)
Opportunity
yang saya dapatkan adalah ketika mengikuti “student exchange program” yang diadakan
oleh STIKes Santo Borromeus. Hal ini merupakan bentuk atau aksi nyata yang
dilakukan oleh STIKes Santo Borromeus sesuai dengan Visi yaitu “menjadi
institusi pendidikan tinggi kesehatan bermutu yang menghasilkan insan
berwawasan global dan berbelarasa demi keluhuran martabat manusia serta
keutuhan alam ciptaan” serta sesuai dengan Misi yaitu “membina dan
mengembangkan jejaring kemitraan baik di dalam maupun luar negeri”.
Kerjasama
internasional ini memberikan semangat positif kepada saya dan civitas akademika
lainnya. Saya sangat berterimakasih karena telah diberi kesempatan untuk
mengikuti program ini. Ini adalah dream, opportunity and effort yang tidak akan
pernah terjadi lagi. Student Exchange Program antara STIKes Santo Borromeus dan
BCN Surat Thani, Thailand adalah kelanjutan dari penelitian bersama antara
dosen dari kedua institusi pada tahun 2014 silam.
STIKes
Santo Borromeus memberikan banyak kesempatan kepada civitas akademika untuk
mengembangkan potensi yang ada, seperti kegiatan olahraga (basket, voli,
futsal), kegiatan seni (modern dance, tari saman, angklung, seni peran,
tamborin), kegiatan sosial (aksi donor darah, aksi tensi), kegiatan organisasi
(KEMA, BEM, Manajemen Diri), serta bekerjasama dengan institusi lainnya dalam skala internasional
yaitu student exchange program ini.
Student
exchange program menjadi salah satu program unggulan. Ketika saya kuliah, ada
dua program pertukaran mahasiswa ini yaitu ke Boromarajonani College of
Nursing, Surat Thani, Thailand dan Hiroshima University, Jepang.
Student
Exchange Program to Thailand yang saya ikuti pada Batch I berjumlah 8 orang
delagasi mahasiswa, 2 dosen dan 1 staff kependidikan. Pada kunjungan Batch I
ini, kami lebih ke arah culture exchange program dan community health nursing. Kami
mengunjungi health promotion center dan general hospital yang ada di Surat
Thani, Thailand.
saya
mengikuti seleksi ini antara excited, nervous, join or not. Saya sempat merasa
insecure karena saingan akan berat, sulit, dan banyak hal lainnya yang membuat
saya ragu. Tapi saya meyakinkan diri bahwa jika saya ingin meraih mimpi saya,
maka saya harus berusaha untuk menggapainya.
Saya
ingin sekali membuat impian ecek-ecek saya ketika SD untuk pergi abroad. SMP,
SMA dan kuliah saya tekatkan untuk meraih mimpi itu. Saya akhirnya memulai
seleksi tahap pertama. Seleksi pada tahap ini adalah membuat paper or essay
about culture. Dalam benak saya, jika saya membuat paper tentang angklung,
batik, reok ponerogo, tenun, traditional food akan sama dengan yang lainnya. Kebetulan
ada teman dari kalimantan juga yang mengikuti seleksi dan mengangkat tema
tentang gawai dayak.
Akhirnya
saya memutuskan mengangkat tema tentang pesta tiwah, salah satu budaya dari
Kalimantan Tengah. Kebetulan ayah saya orang Kalimantan Tengah dan beberapa
tahun sebelumnya pulang ke Kalimantan Tengah untuk mengikuti pesta tiwah
tersebut. Ada kendala yang saya alami, yaitu bagaimana saya bisa mengetahui
pesta tiwah sementara saya belum pernah mengikuti. Akhirnya saya gooling dan
menanyakan kepada ayah saya di Kalimantan Barat istilah yang digunakan dalam
bahasa Kalimantan Tengah yang saya tidak mengerti.
Pun
begitu juga, ayah saya kurang memahaminya dan menanyakan kepada tambi (dalam
bahasa Kalimantan Tengah, tambi adalah nenek). Jadi teman-teman, saya menelpon
ayah saya, dan mama saya menelpon tambi. So, bisa kalian bayangkan saya
bertanya kepada tambi via telpon yang berbeda. Dan sebagai penerjemahnya adalah
ayah saya. That’s so funny, by the way.
Saya
menulis sebisa yang saya pahami, membuat paper dan membuat ppt. Saya belajar
semaksimal mungkin, memahami dan menghapal isi dari ppt yang akan saya
tampilkan. Belajar berulang-ulang kali. Malam sebelum presentasi pertama, saya
pergi ke teman saya untuk melihat saya presentasi. Apa saja yang kurang dan
harus saya perbaiki.
Alhamdulilah,
berkat effort and pray saya bisa melewati tahap pertama ini dengan baik. Just for
your information, pada seleksi ini semuanya harus menggunakan bahasa inggris,
baik itu paper atau presentasi, no excuse.
Pada
tahap ini, saya mengeluarkan seluruh kemampuan yang saya miliki agar
mendapatkan hasil yang baik. Saya tahu bahwa grammer dan vocabulary masih jauh
dibawah rata-rata. Tapi saya meyakini bahwa apa yang disampaikan bisa dipahami
dan diterima dengan jelas.
Kalau
ditanya nervous, sudah pasti. Saya presentasi pakai Bahasa saja nervous nya
luar biasa apalagi menggunakan bahasa inggris. Saya mengatakan pada diri saya
bahwa saya bisa dan pasti bisa.
Presentasi
dilakukan diruangan, dihadiri oleh peserta dan dewan juri. Waktu itu dewan juri
nya adalah Sr. Sofia Gusnia Saragih, CB.,BSN.,M.Kep selaku direktu STIKes Santo
Borromeus. Mrs. Cindiana Cecilia.,SS selaku Puket III bidang kemahasiswaan dan
staff dosen bahasa inggris. Mrs. Tina Shinta Parulian.,M.Kep.Ns.Sp.Kep.An serta
Ms. Ns. Yosi Maria Wijaya.,S.Kep.,M.SI. Pada tahap ini, kami diberikan beberapa
pertanyaan oleh dewan juri dan juga peserta lainnya.
Saya
tidak begitu memahami apa yang dinilai pada aspek ini karena saya merasa bahwa
semua peserta itu sudah memberikan yang terbaik. Mungkin, disini yang dinilai
adalah public speaking, self-nature, confident, serta informasi yang diberikan
apakah sampai kepada audien atau tidak.
Beberapa
hari setelah seleksi tahap pertama, maka para peserta diminta untuk berkumpul
dikampus diruang yang sama bahwa akan diumumkan nama yang lulus. Dan puji
Tuhan, saya lulus dan masuk dalam daftar 16 peserta itu.
Bisa
dikatakan bahwa ini adalah berita bahagia sekaligus berita unlucky. Karena ke
15 orang tersebut adalah yang luar biasa. For your information, again. 15 orang
tersebut adalah aktif dalam organisasi, baik BEM maupun BPM, public speaking
nya sudah tidak diragukan lagi, bahasa inggris sudah fluent. Kalau dilihat dari
akademik, saya adalah paling bawah. Kala itu IPK saya sangat-sangat rendah. Bagai
nasi sudah menjadi bubur, mau tidak mau saya harus berjuang lebih keras lagi.
Pada
tahap kedua, ke 16 orang mendapat tugas untuk membuat paper lagi. Topik yang
dibahas adalah mengenai kebudayaan yang ada di kampus dalam lingkup general. Saya
ingat sekali kala itu, saya dan teman saya pergi menghadap sekretaris kampus
untuk meminta data mengenai sejarah panjang kampus sampai sekarang, CC5E, sampai
lambang kampus.
Kami
membuatnya dalam bahasa masing-masing. Saya membuat dalam bentuk paper dan ppt.
Disini saya menambahkan tujuan dan cita-cita saya. Sebenarnya cita-cita itu
tidak masuk dalam paper. Saya hanya berinisiatif untuk menambahkannya pada
paper tersebut. Lalu saya print, biar saya bisa baca.
Kami
dibagi menjadi 3 grup. 1 grup berisikan 5-6 orang. Saya beruntung karena
termasuk dalam kelompok terakhir. Dalam hati saya berkata bahwa ini akan lebih
susah lagi karena pesertanya fluent dan confident. Saya hanya bisa tarik napas
dalam dan sempat contact sahabat saya di Kalimantan Barat, gimana cara jawab
pertanyaan yang seperti ini seperti itu dan bla bla bla.
Waktunya
tiba, saya dan keenam peserta lainnya masuk untuk melakukan interview. Hanya perasaan
saya saja atau tidak, udara dalam ruangan itu sangat dingin. Bersatu padu
dengan kegugupan yang melanda kala itu.
Pertanyaan
dari ke 3 dewan juri: Sr. Sofia Gusnia Saragih, CB.,BSN.,M.Kep, Mrs. Cindiana
Cecilia.,SS dan Ms. Ns. Yosi Maria Wijaya.,S.Kep.,M.SI. Untungnya dewan juri
memberikan suasana yang menyenangkan tidak menegangkan. Dan pertanyaan dimulai.
Kami harus menjawab semua pertanyaan secara bergiliran dengan menggunakan
bahasa inggris.
Seingat
saya kala itu pertanyaannya adalah apa yang kalian ketahui mengenai kebudayaan
yang ada di STIKes Santo Borromeus?, jika kalian terpilih ataupun tidak
terpilih, kontribusi apa yang akan kalian berikan kepada STIKes Santo
Borromeus?, Apa yang akan kalian bawa kesana, dan apa yang akan kalian bawa
kembali kesini? Sudah sampai sejauh manakah persiapan kalian dalam menghadapi
student exchange program ini?, pertanyaan yang saya tunggu-tunggu adalah apa
motivasi kamu untuk mengikuti student exchange program? (disini saja berusaha
menjadi yang pertama menjawab karena saya sangat ready dengan jawabannya. Ada 4-5
motivasi saya yang saya jabarkan dalam ppt yang di printout, tentunya sudah
diberikan kepada pihak dewan juri. Last question are jika kamu tersesat disana,
kamu tidak tahu situasi disana bagaimana, tempatnya dimana, tidak bisa
berbahasa sana, apa yang akan kamu lakukan?
Saya
sudah memberikan yang terbaik. Apapun hasilnya saya akan terima dengan lapang
dada. Saya merasa hopeless. Ketika pengumuman, saya tidak datang ke kampus. Karena
saya yakin, bahwa saya tidak lulus. Ketika itu teman-teman bertanya saya
dimana. Saya jawab lagi di Jakarta. Padahal saya ada di kosan. Tapi ada SMS
masuk dari teman saya dan bilang bahwa saya ‘LULUS” seleksi student exchange
program to Thailand.
Perasaan
yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Senang, sedih, gembira sampai
kosan waktu itu saya meneteskan air mata (cengeng yaa, tapi itu expresi saya).
Saya
memberitahu orangtua saya yang kala itu sedang dalam perjalanan dari Kalimantan
Barat menuju Kalimantan Tengah. Mereka sangat gembira mendengar informasi yang
saya sampaikan. Saya sangat bersyukur mendapatkan kesempatan ini.
NOK AIR THAILAND
Ada
8 orang peserta yang lulus untuk pergi ke Thailand. dan 1 orang peserta lulus
untuk pergi ke Jepang. Dan mereka adalah :
Ade
Kurnia.,Amd.Kep (Bandung – Thailand)
Giska
Febianka.,Amd.RMIK (Bandung – Thailand)
Ns.
Andi Supriyanto.,S.Kep (Jakarta – Thailand)
Ns.
Fransiska Septiani.,S.Kep (Bandung – Thailand)
Ns.
Maria Theresia.,S.Kep (Bandung – Thailand)
Ns.
R. Rexsi Chrisdinatha Putera.,S.Kep (Kalimantan Barat – Thailand)
Ns.
Maya Agustina.,S.Kep (Bandung – Jepang)
Ns.
Grace Hodesyla Hariandja.,S.Kep (Jakarta – Thailand)
Ns.
Niscaya Zebua.,S.Kep (Nias – Thailand)
Dream
come true!
Kami
coaching setiap hari kamis atau jumat pagi sebelum perkuliahan di mulai. kami
mulai belajar dance untuk perform diacara farewell dinner party. Beruntungnya kami
memiliki seorang penari balet profesional (Giska). Kami memang bukan penari
tapi kami berlatih memberikan yang terbaik untuk Indonesia!
Peacock dance
Mengikuti
student exchange program, membuka wawasan, pikiran dan harapan baru bagi saya. Bertemu
dengan orang-orang hebat, berkenalan dengan teman baru, belajar kebudayaan
setempat, belajar tentang sistem pendidikan dan mengambil ilmu yang ada disana
untuk diaplikasikan di Indonesia.
Saya
akan memberikan gambaran mengenai Boromarajonani College of Nursing, Surat
Thani, Thailand. Terdapat 3 atau 4 gedung, dengan gedung tertinggi 11 lantai. Mahasiswa
perempuan wajib tinggal diasrama selama kuliah. Asramanya kurang lebih seperti
di Indonesia. Untuk laki-laki karena minoritas diperbolehkan tidak tinggal di
asrama alias ngekos.
Pictures: area olahraga bagi students Boromarajonani
College of Nursing, Suratthani, Thailand. Seperti tempat fitnes J
Tambon Makham Tia, Amphoe Mueang Surat Thani,
Chang Wat Surat Thani 84000, Thailand
Di
Thailand, mereka sangat wellcome dengan kehadiran kami. Catatan pentingnya
adalah bahasa inggris mereka sama dengan kita kok. Jadi jangan takut untuk
berbicara bahasa inggris disini. Kalau tidak paham tinggal ketawa saja biar
sama-sama paham.
Oh
iya, disini ada jam tertentu akan ada lagu kebangsaan Thailand berkumandang. Setiap
lagu itu diputar maka orang harus bersikap hormat. Awalnya kami bingung, tapi
menurut saya itu bagus untuk diterapkan di Indonesia. Salah satu sikap positif
yang bisa kita ambil.
Untuk
makanan, wah disini juaranya. Yang suka pork kalian bisa makan sepuasnya. Pagi siang
malam, makan pork. Waktu itu kami berkunjung ke night market nya Surat Thani. Yang
saya cari pasti nya pork. Sate pork, sosis pork dan ada salah satu makanan khas
Thailand saya lupa namanya. Itu enak tapi ketika masuk mulut seperti meletus di
dalam mulut. Hahaha maaf ya saya agak sepok disini.
Kami
mengunjungi traditional hospital, kalau
di Indonesia kita sebut jamu begitu. Namanya adalah Tha Chang Hospital. Disini mereka
meracik obat-obat tradisional yang sudah diakui oleh pemerintah Thailand. Saya
sempat membeli ramuan tradisional Thailand untuk rematik. Kebetulan orangtua
saya rematik. Dan 1 ramuan katanya bisa menghentikan yang merokok. Harganya juga
bersahabat.
Pictures: orangnya lupa foto, jadi Cuma punya
yang ini aja. Gpp kan teman-teman.
Pho Prachak, Tha Chang District, Sing Buri
16140, Thailand
Kemudian
kami juga mengunjungi general hospsital Surat Thani. Kondisinya hampir sama
dengan general hospital yang ada di Indonesia. Tapi sempat kaget juga melihat
kondisinya yang crowdid. Mungkin karena statusnya rumah sakit umum jadi menjadi
pusat rujukan dari puskesmas yang ada disekitaran Surat Thani, Thailand.
Pictures:
Surat Thani, Hospital
Kami
berkunjung ke Health Promotion Center. Disini mereka melakukan kombinasi antara
medis dan tradisional. Cukup menarik, karena kalau di Indonesia yang namanya
health promotion center itu sudah pasti yang digunakan adalah medis bukan
tradisional. Health promotion center disini sangat menekankan tentang upaya
pencegahan dan pengobatan awal pada pasien.
Pictures:
Health Promotion Center, Suratthani, Thailand
Setelah
itu kami pergi ke Suan Sala Artit (bahasa Indonesia nya mungkin : perkebunan
salak). Kalau saya pribadi menyebutnya bukan buah salak, karena di Kalimantan
Barat kami menamakannya buah Ridan. Sejenis salak tapi bukan salak. Dari teksur
buahnya yang berbeda. Sangat menikmati dan membuat perut kenyang. Asam lambung
sempat meningkat.
Oh
ya, sekedar informasi saja. Disini jalanan sangat luas dan sudah aspal walaupun
itu di daerah perkebunan kelapa sawit. Sangat berbeda dengan yang ada di
Indonesia.
Lalu
kami mengunjungi St. Raphael Cathedral, Surat Thani. Kebetulan waktu itu ada
teman kami yang beragama muslim ingin melakukan sholat jumat di masjid. Jadi kami
yang beragama non muslim pergi mengunjungi gereja yang ada di Suratthani.
Pictures: St. Raphael Cathedral, Surat Thani,
Thailand
333 Talad Mai Rd. Tambon Talat, Amphoe Mueang
Surat Thani, Chang Wat Surat Thani 84000, Thailand
Harapan
saya adalah melalui student exchange program ini, kedua negara dapat menjalin
hubungan kerja sama dalam bidang pendidikan dan kesehatan, saling besinergi
untuk membangun kualitas kesehatan yang lebih baik. Karena menurut saya banyak
sekali kerjasama di bidang kesehatan yang bisa dilakukan. Bisa menjadi role
model bagi kedua institusi dan mengembangkan di daerah nya masing-masing.
Demikianlah
pengalaman saya selama mengikuti student exchange program to Thailand. sangat
berterima kasih atas kesempatan ini, dan menjadi motivasi untuk meraih mimpi
yang berikutnya.
”It would never too late to start over
something, if you feel like a failure yesterday; try to do something different
today. Do not give up, do your best”.
Ns. R. Rexsi Chrisdinatha Putera.,S.Kep
https://stikesborromeus.ac.id/